Senin, 09 Juni 2014

kemandirian bangsa untuk meningkatkan ketahanan nasional

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR ISI
1.Definisi kemandirian
2.Tingkatan dan Karakteristik
3.Definisi ketahanan nasional
4. Asas ketahanan nasional
5. Sifat ketahanan nasional



Definisi Kemandirian
      Kata kemandirian” berasal dari kata” diri” yang mendapatkan awalan “ke” dari akhiran “an”yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian berasal dari kata dasar “diri”, maka pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat dilepaskan dari pembahasan mengenai perkembangan “diri” itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah “self” karena “diri” itu merupakan inti dari kemandirian.
      Upaya mendefinisikan kemandirian dan proses perkembangannya, ada berbagai sudut pandang yang sejauh perkembangannya dalam kurun waktu sedemikian lamanya telah dikembangkan oleh para ahli. Emil Durkheim berpendapat bahwa kemandirian itu tumbuh dan berkembang Karena adanya dua Faktor yang merupakan elemen prasyarat bagi kemandirian yaitu :
1.    Adanya disiplin yaitu adanya aturan bertindak  dan otoritas,
2.    Adanya komitmen terhadap kelompok. 
Dalam pandangan konformistik, kemandirian merupakan konformitas terhadap prinsip moral kelompok rujukan. Oleh sebab itu, individu yang memiliki kemandirian pengambilan keputusan pribadinya dilandasi oleh pemahaman mendalam akan konsekuensi dari tindakannya itu. Dengan demikian, dalam pandangan konformistik ini pemahaman mendalam tentang faktor moralitas menjadi faktor utama pendukung perkembangan kemandirian.  Bahkan, menurut Sunaryo Kartadinata (1988), faktor pemahaman inilah yang membedakan kemandirian (self-determinism) dari kepatuhan (submission) karena dengan pemahaman inilah individu akan terhindar dari konformitas pasif. 


Perkembangan kemandirian individu sesungguhnya merupakan perkembangan hakikat eksistensial manusia. Penghampiran terhadap kemandirian dengan menggunakan perspektif yang berpusat pada masyarakat cenderung memandang bahwa lingkungan masyarakat merupakan kekuatan luar biasa yang menentukan kehidupan individu. Dari sudut pandang ini, seolah-olah individu itu tidak memiliki kekuatan apa-apa untuk menentukan perbuatannya sendiri.

Dalam konteks kesamaan dan kebersamaan ini, Abrahaman H.Maslow(1971)membedakan kemandirian menjadi dua,yaitu:
·         Kemandirian aman (secure autonomy)
·         Kemandirian tak aman (insecure autonomy)
Kemandirian aman adalah kekuatan untuk menumbuhkan cinta kasih pada     dunia,kehidupan,dan orang lain,sadar akan tanggungjawab bersama,dan tumbuh rasa percaya terhadap kehidupan.kekuatan ini digunakan untuk mencintai kehidupan dan membantu orang lain.sedangkan kemandirian tak aman adalah kekuatan kepribadian yang dinyatakan dalam perilaku menentang dunia. Maslow menyebut kondisi seperti ini sebagai ”selfish autonomy” atau kemandirian mementingkan diri sendiri.
Perkembangan kemandirian adalah proses yang menyangkut unsur-unsur normatif. ini mengandung makna bahwa kemandirian merupakan suatu proses yang terarah.karena perkembangan kemandirian sejalan dengan hakikat eksistensial manusia,maka arah perkembangan tersebut harus sejalan dengan dan berlandaskan pada tujuan hidup manusia.
Meskipun dalam proses peragaman manusia sudah memiliki kemampuan instrumental, tetapi belum sampai kepada kemandirian karena pemunculannya baru pada aspek-aspek kehidupan tertentu. Proses peragaman ini sesungguhnya baru sampai pada suatu titik yang disebut dengan “having process” (proses pemilikan) pengetahuan, keterampilan, teknologi. Proses peragaman ini bahkan harus berkembang terus sampai pada suatu tingkat yang disebut dengan tingkat integrasi atau tingkat mendunia. Pada tingkat ini perkembangan individu sudah sampai pada tingkat mendekatkan diri pada dunia yang dihadapi dan dihidupinya; bukan mengasingkan diri dari dunianya sehingga menimbulkan kemandirian yang tidak aman. Interaksi dan dinamika perkembangan kemandirian manusia menuju tahapan integrasi ini dapat digambarkan dengan 5 karakteristik, yaitu :
1.    Kedirian
2.    Komunikasi
3.    Keterarahan
4.    Dinamika
5.    Sistem nilai

Tingkatan dan Karakteristik
Sebagai suatu dimensi psikologis yang kompleks, kemandirian dalam perkembangannya memiliki tingkatan-tingkatan. Perkembangan kemandirian seseorang juga berlangsung secara bertahap sesuai dengan tingkatan perkembangan kemandirian tersebut. Lovinger mengemukakan tingkatan kemandirian beserta cirri-cirinya sebagai berikut :




  1. Tingkatan pertama, yaitu tingkat implusif dan melindungi diri
Ciri-ciri :  
a.    Peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari interaksinya dengan orang lain.
b.     Berpikir tidak logis dan tertegun pada cara berpikir tertentu.
c.    Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta lingkungannya.


  1. Tingkatan kedua, yaitu konformistik
Ciri-ciri :
a.    Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial.
b.    Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian.
c.    Menyamakan diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya introspeksi.
d.    Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal.
  1. Tingkatan ketiga, yaitu :
Ciri-ciri :
a.    Mampu berpikir alternatif
b.    Memikirkan cara hidup
c.    Penyesuaian terhadap situasi dan peranan
d.    Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada
  1. Tingkatan keempat, yaitu :
Ciri-ciri :
a.    Bertindak atas dasar nilai-nilai internal
b.    Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan
c.    Sadar akan tanggungjawab
d.    Mampu melakukan krtik dan penilaian diri
  1. Tingkatan kelima, yaitu :
a.    Peningkatan kesadaran individualitas
b.    Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan ketergantungan
c.    Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain
d.    Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan
  1. Tingkatan keenam, yaitu :
a.    Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan
b.    Peduli terhadap paham-paham abstrak, sdeperti keadilan sosial
c.    Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan
d.    Peduli akan pemenuhan diri

Definisi ketahanan nasional
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa, meliputi seluruh aspek kehidupannasional yang terintegrasi, berisi keuletan, dan ketangguhan serta mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala tantangan, ancaman, hambatan, serta gangguan dari luar maupun dari dalam, langsung maupun tidak langsung membahayakan integrasi, identitas, kelangsungan hidupbangsa dan negara , serta perjuangan mengejar tujuan nasionalnya.

ASAS KETAHANAN NASIONAL
    Asas Ketahanan Indonesia adalah taat laku berdasarkan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, dan Wawasan Nusantara, yang terdiri dari :

1. Asas Kesejahteraan dan Keamanan
Kesejahteraan dan kemakmuran dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dan merupakan kebutuhan manusia yang mendasar dan esensial. Dengan demikian, kesejahteraan dan keamanan merupakan asa dalam sistem kehidupan nasional. Tanpa kesejateraaan dan keamanan, sesitem kehidupan nasional tidak akan dapat berlangsung. Kesejahteraan dan keamanan merupakan nilai intrinsik yang ada pada sistem kehidupan nasuional itu sendiri. Kesejahtrean maupun keamanan harus selalu ada, berdampingan pada kondisi apa pun. Dalam kehidupan nasional, tingkat kesejahteraan dan keamanan nasional yang dicapai merupakan tolok ukur Ketahanan Nasional
2. Asas Komprehensif Integral atau Menyeluruh Terpadu                      
Sistem kehidupan nasional mencakup segenap aspek kehidupan bangsa dalam bentuk perwujudan persatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi dan selaras pada seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ketahanan Nasional mencakup ketahanan segenap aspek kehidupan bangsa secara utuh, menyeluruh dan terpadu (komprehensif intergral).

3. Asas Mawas ke Dalam da Mawas ke Luar
Sistem kehidupan naasional merupakan perpaduan segenap aspek kehidupan bangsa yang saling berinteraksi. Di samping itu, sistem kehidupan nasional juga berinteraksi dengan linkungan sekelilingnya.
Dalam proses interaksi tersebut dapat timbul berbagai dampak baik yang bersifat positif maupun negatif. Untuk itu diperlukan sikap mawas ke dalam maupun keluar.
a. Mawas ke Dalam
Mawas ke dalam bertujuan menumbuhkan hakikat, sifat, dan kondisi kehidupan nasional itu sendiri berdasarkan nilai-nilai kemadirian yang proporsional untuk meningkatkan kualitas derajat kemandirian bangsa yang ulet dan tangguh.
b. Mawas ke Luar
Mawas Ke luar bertujuan untuk dapat mengantisipasi dan berperan serta mengatasi dampak lingkungan stategis luar negeri dan menerima kenyataan adanya interaksi dan ketergantungan dengan dunia internasional.

4. Asas Kekeluargaan
Asas kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan kebersamaan, kesamaan, gotong royong, tenggang rasa dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perbedaan tersebut harus dikembangkan secara serasi dalam hubungan kemitraan agar tidak berkembangkan menjadi konflik yang bersifat saling menghancurkan.
Sifat Ketahanan Nasional Indonesia
1. Mandiri
Ketahanan Nasional percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri serta pada keuletan dan ketangguhan, yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah, dengan tumpuan pada identitas, integritas dan kepribadian bangsa. Kemandirian (idenpendency) ini merupakan prasyarat untuk menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dalam perkembangan global (interdependent).

2. Dinamis
Ketahanan Nasional tidaklah tetap. Ia dapat meningkat atau menurun, tergantung pada situasi dan kondisi bangsa, Negara serta lingkungan strategisnya. Hal ini sesuai dengan hakikat bahwa segala sesuatu di dunia ini senantiasa berubah dan perubahan itu senantiasa berubah pula. Karena itu, upaya peningkatan Ketahanan Nasional harus senantiasa diorientasikan ke masa depan dan dinamikanya diarahkan untuk pencapaian kondisi kehidupan nasional yang lebih baik.

3. Wibawa
Keberhasilan pembinaan Ketahanan Nasional Indonesia secara lanjut dan berkesinambungan akan meningkatkan kemampuan dan keseimbangan akan meningkatkan kemampuan dan kekuatan bangsa. Makin tinggi tingkat Ketahanan Nasional Indonesia makin tinggi pula nilai kewibawaan dan tingkat daya tangkal yang dimiliki oleh bangsa dan negara Indonesia.

4. Konsultasi dan Kerjasama
Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia tidak mengutamakan sikap konfrontatif dan atagonistis, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuata fisik semata, tetapi lebih mengutamakan sikap konsultatif, kerjasama serta saling menghargai dengan mengandalkan kekuatan, moral dan kepribadian bangsa.

 Pokok permasalahan

2.      Kemandirian  yang seperti apa yang harus di lakukan para penerus selanjutnya?

      pembahasan : menanamkan rasa kemandirian yang membangun motivasi penerus selanjutnya agar lebih mencintai bangsanya sendiri tidak hanya memeberikan teori tapi di praktikan juga.

Nama: Lintar gilang firnando
Kelas: 2EA06
NPM: 14212226

Tidak ada komentar:

Posting Komentar