KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
1.Definisi kemandirian
2.Tingkatan dan Karakteristik
3.Definisi ketahanan nasional
4. Asas ketahanan nasional
5. Sifat ketahanan nasional
Definisi
Kemandirian
Kata kemandirian” berasal dari
kata” diri” yang mendapatkan awalan “ke” dari akhiran “an”yang kemudian
membentuk suatu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian berasal dari
kata dasar “diri”, maka pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat dilepaskan
dari pembahasan mengenai perkembangan “diri” itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah
“self” karena “diri” itu merupakan inti dari kemandirian.
Upaya mendefinisikan
kemandirian dan proses perkembangannya, ada berbagai sudut pandang yang sejauh
perkembangannya dalam kurun waktu sedemikian lamanya telah dikembangkan oleh
para ahli. Emil
Durkheim berpendapat bahwa
kemandirian itu tumbuh dan berkembang Karena adanya dua Faktor yang merupakan
elemen prasyarat bagi kemandirian yaitu :
1. Adanya disiplin yaitu adanya
aturan bertindak dan otoritas,
2. Adanya komitmen terhadap
kelompok.
Dalam pandangan
konformistik, kemandirian merupakan konformitas terhadap prinsip moral kelompok
rujukan. Oleh sebab itu, individu yang memiliki kemandirian pengambilan
keputusan pribadinya dilandasi oleh pemahaman mendalam akan konsekuensi dari
tindakannya itu. Dengan demikian, dalam pandangan konformistik ini pemahaman
mendalam tentang faktor moralitas menjadi faktor utama pendukung perkembangan
kemandirian. Bahkan, menurut Sunaryo Kartadinata (1988), faktor pemahaman inilah yang membedakan kemandirian
(self-determinism) dari kepatuhan (submission) karena dengan pemahaman inilah
individu akan terhindar dari konformitas pasif.
Perkembangan kemandirian
individu sesungguhnya merupakan perkembangan hakikat eksistensial manusia.
Penghampiran terhadap kemandirian dengan menggunakan perspektif yang berpusat
pada masyarakat cenderung memandang bahwa lingkungan masyarakat merupakan
kekuatan luar biasa yang menentukan kehidupan individu. Dari sudut pandang ini,
seolah-olah individu itu tidak memiliki kekuatan apa-apa untuk menentukan
perbuatannya sendiri.
Dalam konteks kesamaan dan
kebersamaan ini, Abrahaman
H.Maslow(1971)membedakan kemandirian
menjadi dua,yaitu:
· Kemandirian aman (secure autonomy)
· Kemandirian tak aman (insecure autonomy)
Kemandirian aman adalah
kekuatan untuk menumbuhkan cinta kasih pada
dunia,kehidupan,dan orang lain,sadar akan tanggungjawab bersama,dan
tumbuh rasa percaya terhadap kehidupan.kekuatan ini digunakan untuk mencintai
kehidupan dan membantu orang lain.sedangkan kemandirian tak aman adalah
kekuatan kepribadian yang dinyatakan dalam perilaku menentang dunia. Maslow menyebut kondisi seperti ini
sebagai ”selfish autonomy” atau kemandirian mementingkan diri sendiri.
Perkembangan kemandirian
adalah proses yang menyangkut unsur-unsur normatif. ini mengandung makna bahwa
kemandirian merupakan suatu proses yang terarah.karena perkembangan kemandirian
sejalan dengan hakikat eksistensial manusia,maka arah perkembangan tersebut
harus sejalan dengan dan berlandaskan pada tujuan hidup manusia.
Meskipun dalam proses
peragaman manusia sudah memiliki kemampuan instrumental, tetapi belum sampai
kepada kemandirian karena pemunculannya baru pada aspek-aspek kehidupan
tertentu. Proses peragaman ini sesungguhnya baru sampai pada suatu titik yang
disebut dengan “having process” (proses pemilikan) pengetahuan, keterampilan,
teknologi. Proses peragaman ini bahkan harus berkembang terus sampai pada suatu
tingkat yang disebut dengan tingkat integrasi atau tingkat mendunia. Pada
tingkat ini perkembangan individu sudah sampai pada tingkat mendekatkan diri
pada dunia yang dihadapi dan dihidupinya; bukan mengasingkan diri dari dunianya
sehingga menimbulkan kemandirian yang tidak aman. Interaksi dan dinamika
perkembangan kemandirian manusia menuju tahapan integrasi ini dapat digambarkan
dengan 5 karakteristik, yaitu :
1. Kedirian
2. Komunikasi
3. Keterarahan
4. Dinamika
5. Sistem nilai
Tingkatan
dan Karakteristik
Sebagai suatu dimensi
psikologis yang kompleks, kemandirian dalam perkembangannya memiliki
tingkatan-tingkatan. Perkembangan kemandirian seseorang juga berlangsung secara
bertahap sesuai dengan tingkatan perkembangan kemandirian tersebut. Lovinger mengemukakan tingkatan
kemandirian beserta cirri-cirinya sebagai berikut :
- Tingkatan pertama, yaitu tingkat implusif
dan melindungi diri
Ciri-ciri :
a. Peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari interaksinya
dengan orang lain.
b. Berpikir tidak logis dan tertegun pada cara
berpikir tertentu.
c. Cenderung menyalahkan dan
mencela orang lain serta lingkungannya.
- Tingkatan kedua, yaitu konformistik
Ciri-ciri :
a. Peduli terhadap penampilan
diri dan penerimaan sosial.
b. Bertindak dengan motif yang
dangkal untuk memperoleh pujian.
c. Menyamakan diri dalam
ekspresi emosi dan kurangnya introspeksi.
d. Perbedaan kelompok
didasarkan atas ciri-ciri eksternal.
- Tingkatan ketiga, yaitu :
Ciri-ciri :
a. Mampu berpikir alternatif
b. Memikirkan cara hidup
c. Penyesuaian terhadap situasi
dan peranan
d. Peduli untuk mengambil
manfaat dari kesempatan yang ada
- Tingkatan keempat, yaitu :
Ciri-ciri :
a. Bertindak atas dasar nilai-nilai
internal
b. Mampu melihat diri sebagai
pembuat pilihan dan pelaku tindakan
c. Sadar akan tanggungjawab
d. Mampu melakukan krtik dan
penilaian diri
- Tingkatan kelima, yaitu :
a. Peningkatan kesadaran
individualitas
b. Kesadaran akan konflik
emosional antara kemandirian dengan ketergantungan
c. Menjadi lebih toleran
terhadap diri sendiri dan orang lain
d. Mampu bersikap toleran
terhadap pertentangan dalam kehidupan
- Tingkatan keenam, yaitu :
a. Memiliki pandangan hidup
sebagai suatu keseluruhan
b. Peduli terhadap paham-paham
abstrak, sdeperti keadilan sosial
c. Mampu mengintegrasikan
nilai-nilai yang bertentangan
d. Peduli akan pemenuhan diri
Definisi
ketahanan nasional
Ketahanan nasional adalah kondisi
dinamis suatu bangsa, meliputi seluruh aspek kehidupannasional yang
terintegrasi, berisi keuletan, dan ketangguhan serta mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala tantangan, ancaman,
hambatan, serta gangguan dari luar maupun dari dalam, langsung maupun tidak
langsung membahayakan integrasi, identitas, kelangsungan hidupbangsa dan negara
, serta perjuangan mengejar tujuan nasionalnya.
ASAS KETAHANAN NASIONAL
Asas
Ketahanan Indonesia adalah taat laku berdasarkan nilai-nilai Pancasila, UUD
1945, dan Wawasan Nusantara, yang terdiri dari :
1. Asas Kesejahteraan dan Keamanan
1. Asas Kesejahteraan dan Keamanan
Kesejahteraan dan kemakmuran dapat dibedakan tetapi
tidak dapat dipisahkan dan merupakan kebutuhan manusia yang mendasar dan
esensial. Dengan demikian, kesejahteraan dan keamanan merupakan asa dalam
sistem kehidupan nasional. Tanpa kesejateraaan dan keamanan, sesitem kehidupan
nasional tidak akan dapat berlangsung. Kesejahteraan dan keamanan merupakan
nilai intrinsik yang ada pada sistem kehidupan nasuional itu sendiri.
Kesejahtrean maupun keamanan harus selalu ada, berdampingan pada kondisi apa
pun. Dalam kehidupan nasional, tingkat kesejahteraan dan keamanan nasional yang
dicapai merupakan tolok ukur Ketahanan Nasional
2. Asas Komprehensif Integral atau Menyeluruh Terpadu
Sistem kehidupan nasional mencakup segenap aspek
kehidupan bangsa dalam bentuk perwujudan persatuan dan perpaduan yang seimbang,
serasi dan selaras pada seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Ketahanan Nasional mencakup ketahanan segenap aspek kehidupan bangsa
secara utuh, menyeluruh dan terpadu (komprehensif intergral).
3. Asas Mawas ke Dalam da Mawas ke Luar
Sistem kehidupan naasional merupakan perpaduan segenap
aspek kehidupan bangsa yang saling berinteraksi. Di samping itu, sistem
kehidupan nasional juga berinteraksi dengan linkungan sekelilingnya.
Dalam proses interaksi tersebut dapat timbul berbagai
dampak baik yang bersifat positif maupun negatif. Untuk itu diperlukan sikap
mawas ke dalam maupun keluar.
a. Mawas ke Dalam
a. Mawas ke Dalam
Mawas ke dalam bertujuan menumbuhkan hakikat, sifat,
dan kondisi kehidupan nasional itu sendiri berdasarkan nilai-nilai kemadirian
yang proporsional untuk meningkatkan kualitas derajat kemandirian bangsa yang
ulet dan tangguh.
b. Mawas ke Luar
Mawas Ke luar bertujuan untuk dapat mengantisipasi dan
berperan serta mengatasi dampak lingkungan stategis luar negeri dan menerima
kenyataan adanya interaksi dan ketergantungan dengan dunia internasional.
4. Asas Kekeluargaan
Asas kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan
kebersamaan, kesamaan, gotong royong, tenggang rasa dan tanggung jawab dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perbedaan tersebut harus
dikembangkan secara serasi dalam hubungan kemitraan agar tidak berkembangkan
menjadi konflik yang bersifat saling menghancurkan.
Sifat Ketahanan Nasional
Indonesia
1. Mandiri
Ketahanan Nasional percaya pada kemampuan dan kekuatan
sendiri serta pada keuletan dan ketangguhan, yang mengandung prinsip tidak
mudah menyerah, dengan tumpuan pada identitas, integritas dan kepribadian
bangsa. Kemandirian (idenpendency) ini merupakan prasyarat untuk menjalin
kerjasama yang saling menguntungkan dalam perkembangan global (interdependent).
2. Dinamis
Ketahanan Nasional tidaklah tetap. Ia dapat meningkat
atau menurun, tergantung pada situasi dan kondisi bangsa, Negara serta
lingkungan strategisnya. Hal ini sesuai dengan hakikat bahwa segala sesuatu di
dunia ini senantiasa berubah dan perubahan itu senantiasa berubah pula. Karena
itu, upaya peningkatan Ketahanan Nasional harus senantiasa diorientasikan ke
masa depan dan dinamikanya diarahkan untuk pencapaian kondisi kehidupan
nasional yang lebih baik.
3. Wibawa
Keberhasilan pembinaan Ketahanan Nasional Indonesia
secara lanjut dan berkesinambungan akan meningkatkan kemampuan dan keseimbangan
akan meningkatkan kemampuan dan kekuatan bangsa. Makin tinggi tingkat Ketahanan
Nasional Indonesia makin tinggi pula nilai kewibawaan dan tingkat daya tangkal
yang dimiliki oleh bangsa dan negara Indonesia.
4. Konsultasi dan Kerjasama
Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia tidak
mengutamakan sikap konfrontatif dan atagonistis, tidak mengandalkan kekuasaan
dan kekuata fisik semata, tetapi lebih mengutamakan sikap konsultatif,
kerjasama serta saling menghargai dengan mengandalkan kekuatan, moral dan
kepribadian bangsa.
Pokok permasalahan
2. Kemandirian yang seperti apa yang harus di lakukan para
penerus selanjutnya?
pembahasan : menanamkan rasa kemandirian yang membangun motivasi penerus selanjutnya agar lebih mencintai bangsanya sendiri tidak hanya memeberikan teori tapi di praktikan juga.
Nama: Lintar gilang firnando
Kelas: 2EA06
NPM: 14212226
Nama: Lintar gilang firnando
Kelas: 2EA06
NPM: 14212226
Tidak ada komentar:
Posting Komentar